Aku selalu merasa kasih sayang Ibu aku ga akan pernah habis. Ibu aku adalah orang tua yang demokrasi dalam arti tidak pernah melarang aku dalam hal apapun itu. Masih teringat dalam benakku dulu ketika aku mau masuk Sekolah Dasar (SD) ibu aku menawarkan untuk memasukkan aku di salah satu SD Negeri yang terbilang terbaik (karena kedua kaka aku di sekolahkan di SD ini) dan harapan Ibu aku masuk di SD Negeri terbaik ini agar aku dapat masuk ke SMP Negeri terbaik no 1 di Depok namun aku menolak dan memilih SD Negeri yang bisa dibilang biasa az karena teman - teman TK aku memilih SD tersebut. Ya, aku memilih SD Negeri biasa ini karena teman TK (kalo sekarang mungkin teman satu geng), mereka semua memilih SD Negeri ini. Ibu aku tetap mengizinkan aku untuk sekolah yang aku pilih itu.
Kelas satu, dua, tiga dan seterusnya hingga aku kelas enam nilai aku, menurut aku tidak pernah mengecewakan karena tidak lepas dari peringkat lima besar. Semua itu tidak lepas dari jasa ibu aku yang selalu mengajarkan materi sekolah. Aku bersyukur paling tidak aku tidak mengecewakan orang tua aku terutama ibu. Beliau cukup "puas" dengan nilai dan peringkat aku. Dan ketika aku lulus EBTANAS (UN kalo sekarang) nem aku cukup hanya di SMP Negeri no 2 di Depok. Aku ingat dulu beliau bilang "coba dede (panggilan aku dirumah) dulu masuk di SD pilihan ibu pasti sudah masuk di SMP Negeri terbaik no 1 di Depok dekat rumah lagi". Dan aku bersekolah di SMP Negeri pilihan aku. Tahun pertama, tahun kedua Alhamdulillah nilai aku tidak mengecewakan peringkat lima besar masih bisa ku pertahankan. Dan tahun ketiga lebih tidak mengecewakan karena peringkat aku naik menjadi tiga besar hingga EBTANAS dan nem aku masih dapat masuk ke SMA Negeri no 3 di Depok dan kebetulan SMA ini tidak terlalu jauh dari rumahku. Masa SMA nilai-nilai aku tidak secemerlang SD dan SMP namun juga tidak mengecewakan hanya agak menurun peringkatnya menjadi sepuluh besar. Ya, lumayanlah.
Hingga akhirnya nilai UN keluar dan aku mengikuti SPMB (kala itu) aku memilih FKM UI & IPB (aku tidak memilih jurusannya karena nantinya jika keterima akan ada saringan masuk kembali untuk penentuan jurusan apa yang didapat). Dan aku juga mengikuti Ujian Mandiri di UGM (jurusan yang aku ambil saat itu FKM juga). Entah kenapa minat aku ke FKM. Awalnya orang tua (bapak) aku menyuruh aku untuk masuk ke FK (karena beliau sebelumnya menginginkan kaka aku menjadi seorang dokter hal tersebut pupus dan beliau menyuruh aku) namun aku tidak yakin dengan kemampuan aku (saat itu aku berfikir untuk menjadi seorang dokter adalah hal yang sulit dan aku takut lama untuk lulusnya) hehehe. Satu persatu Ujian ku ikuti namun satu pun aku tidak ada yang lolos. Sedih sekali, ya sangat. Aku pun tidak berfikir untuk memilih Perguruan Tinggi Swasta (PTS) aku hanya mau Perguruan Tinggi Negeri (PTN) namun orangtua aku lalu menganjurkan aku untuk masuk ke Perguruan Tinggi yang terdekat dengan rumah ku. Beliau berpendapat jika PTS jangan yang jauh dengan rumah. Dan akhirnya aku memilih Universitas Gunadarma (UG) entah kenapa aku memilih UG (oh aku ingat saat itu aku mengikuti teman aku yang hendak daftar di UG dan tidak tahu kenapa aku ikut daftar juga). Dan akhirnya setelah aku dijelaskan dibagian pendaftaran sepulang dari UG aku baru bilang dengan kedua orang tua ku aku memilih kuliah di UG tapi jurusannya apa? Bapak aku bilang Teknik Informatika saja. Akhrinya aku mengikutinya. Dan singkat cerita aku kuliah lah di UG. Dan aku berfikir terlahir di kota Depok sekolah TK, SD, SMP, SMA, Kuliah pun di Depok. Aku berharap bisa bekerja di ibu kota (Jakarta). Dan tak terbayang didalam fikiran ku aku bekerja di Depok juga. Ya aku bekerja pada Almamater-ku sendiri yaitu Universitas Gunadarma, Depok. Dan kenapa aku masih tetap bertahan di tempat kerja ku ini? Karena aku tidak boleh mencari kerjaan diluar (perusahaan swasta) selain mengikuti tes-tes CPNS oleh IBU aku. Alasan ibu rata-rata perusahaan swasta sekarang outsourcing. Ibu aku selalu mempunyai alasan kenapa aku harus tetap di tempat kerja ku ini. Poin-poin yang terpenting yaitu dekat dengan rumah dan ada beberapa poin lagi yang tidak dapat aku sebutkan (dengan alasan privacy) hehehe.
Alasan ibu aku pasti yang terbaik untuk aku. Dan ibu selalu kasih yang terbaik untuk aku.
Seperti dalam salah satu hadits yang membahas tentang siapa yang harus kita hormati di dunia ini??
Pada hadits itu terdapat suatu percakapan antara sahabat Rasulullah dengan Rasulullah Saw sendiri, kurang lebih seperti ini ceritanya.
Pada suatu hari sahabat Rasul bertanya : “Yaa Rasulullah siapakah orang pertama yang harus saya hormati di dunia ini??”
Rasul menjawab : “Ibumu..”
Kemudian sahabat itu bertanya lagi : “Setelah Ibu, kemudian siapa lagi yaa Rasul yang harus saya hormati di dunia ini??”
Kemudian Rasul pun menjawab kembali : “Ibumu..”
Sahabat itu pun masih belum puas dengan pertanyaan yang kedua dan kemudian ia bertanya lagi dengan
pertanyaan yang sama : “Kemudian siapa lagi yaa Rasul??
Dengan penuh kesabaran Rasul pun menjawab : “Ibumu..”
Masih belum puas dengan jawaban ketiganya sahabat itu pun bertanya lagi kepada Rasulullah Saw. : “Lalu siapa lagi yaa Rasulullah orang yang harus saya hormati??”
Rasulullah pun menjawab dengan jawaban yang berbeda dengan sebelumnya : “Ayahmu..”
Maka dari itu kita harus menghormati Ibu kita, ternyata Rasulullah Saw sendiri pun memberi 3 level untuk Ibu setelah Ayah. Maka dari itu ada judul lagu surga dibawah telapak kaki Ibu. Ibu adalah seseorang yang harus kita hormati dan kita jaga nama baiknya. Dan bukan berarti Ayah tidak kita hormati ya. Karena posisi beliau tetap Imam keluarga.
Dan Seorang"ibu" mempunyai banyak cara untuk mengungkapkan kasih "sayang"nya kepada anaknya, misalnya :
- "Ibu" selalu menyimpan foto bayi (anaknya) dan memandanginya berlama-lama.
- "Ibu" selalu bisa menemukan banyak alasan mengapa anaknya harus selalu dekat dengan "ibu"nya
- Seorang "ibu" akan marah apabila anaknya dikritik oleh orang lain.
- "Ibu" bisa menerima kritik, asal bukan tentang anaknya.
- "Ibu" akan terus bertanya 'ada apa' selama anaknya tetap bersikeras tidak ada apa-apa.
- "Ibu" dapat mengubah hari yang muram menjadi kenangan indah hanya dengan mendengarkan anaknya bercerita tentang permasalahannya.
- "Ibu" akan merasa senang kalau seorang anak membutuhkannya.
- "Ibu" akan selalu mendukung apa yang diinginkan anaknya.
- "Ibu" tidak langsung mengatakan anaknya berbuat kesalahan. "Ibu" menunggu sampai anaknya mengetahuinya sendiri-- Kecuali kalau itu terlalu lama.
- "Ibu" tidak pernah terkejut ketika anaknya melakukan hal-hal istimewa, karena "ibu" selalu tahu anaknya mampu dan mau.
- "Ibu" ikut sedih apabila anaknya sedih.
- "Ibu" dapat menyembunyikan kesedihan dan ketakutannya di balik senyuman.
- "Ibu" akan membantu menyembuhkan luka anaknya sebelum "ibu" menyadari bahwa "ibu" juga terluka.
- "Ibu" akan semakin baik seiring berjalannya waktu. Saat "ibu" dan anaknya semakin matang.
- "Ibu" tidak perlu mengikuti mode. "Ibu" memiliki gaya tersendiri.
- "Ibu" tidak keberatan memberikan resep masakan "ibu", namun rasanya tidak pernah seenak buatan "ibu".
- "Ibu" dapat mengubah setiap tempat menjadi ruang keluarga, hanya dengan berada disana.
- "Ibu" tidak berharap anaknya berterima kasih, namun itu adalah kejutan termanis yang diberikan oleh anaknya.
- "Ibu" dapat membuat dunia bagaikan tempat yang aman, ketika "ibu" mencium anaknya sebelum tidur.
- "Ibu" mendengarkan dengan matanya, "ibu" mendengarkan dengan hatinya. Begitulah cara "ibu" mendengar apa yang tidak dapat terucapkan dengan kata-kata.
- "Ibu" tidak sibuk membawa peta, dan "ibu" tidak memperhatikan nama jalan... Namun "ibu" selalu sampai ke tempat yang ditujunya.
- "Ibu" selalu terbuka pada sudut pandang lain, tapi tidak akan berubah pikiran.
- "Ibu" tahu cara berkata 'Tidak' tanpa menggunakan kata itu.
- "Ibu" mengatakan: 'Aku "sayang" padamu' dengan cara seperti: 'Buka bajumu yang basah'. 'Pakai mantel.' 'Pr-mu sudah selesai?' 'Cuci tangan sebelum makan'. 'Sini "ibu" ukur suhu tubuhmu'. 'Kamu sedang apa?'.
- Seorang "ibu" tidak akan menangis didepan anaknya, karena ingin selalu terlihat bahagia didepan anaknya.
- Seorang "ibu" bisa senang membacakan buku ke"sayang"an anaknya untuk ke seratus kali.
- "Ibu" tahu suatu hari harus melepaskan anaknya. yaitu pada saat anda lebih dekat dengan suami/istrinya.... Pada saat itulah "ibu" menjadi sahabat.
- Ada beribu-ribu cara seorang "ibu" mengungkapkan kasih "sayang"nya kepada anaknya.
Kubuka album biru penuh debu dan usang
Kupandangi semua gambar diri
Kecil bersih belum ternoda
Pikir ku pun melayang
Dahulu penuh kasih
Teringat semua cerita orang tentang riwayatku
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Nada-nada yang indah selalu terurai darinya
Tangisan nakal dari bibirku
Takkan jadi deritanya
Tangan halus dan suci tlah mengangkat tubuh ini
Jiwa raga dan seluruh hidup tlah dia berikan…
Kata mereka diriku slalu dimanja
Kata mereka diriku slalu ditimang
Oooh bunda ada dan tiada dirimu kan selalu ada di dalam hatiku……
Kebersamaan Keluarga Kami
Ibu aku TERSAYANG |
Ibu & Aku (ketika belum berhijab) part 1 |
Ibu & Aku (ketika belum berhijab) part 2 |
Aku (ketika belum berhijab) & Ibu |
Mb' Nina, Ibu & Aku (ketika belum berhijab) |
Ibu, Aku (ketika belum berhijab) & Mb Nina |
Ibu sayang |
Ibu, Mb Nina, Aku (ketika belum berhijab) & Bapak |
Ibu & Mb Nina |
Ibu manja sama aku.. hehehe.. |
Aku, Ibu & Mb Nina |
Ibu & Aku |
Makan ice cream narsis dikit ah |
Mb Nina, Ibu & Aku |
Makan sambil narsis |
Nanaz (waktu msh kecil) & Eyang Uti |
Ibu cantik & Aku cantik |
Sayang Ibu |
Aku & Bapak tersayang |
Wisuda aku (Bapak, Ibu, Aku, Bunda Dewi, Ayah Budhi & Kk Nanaz |
* Foto2 aku yang tidak berjilbab tersebut didokumentasikan sebelum aku berhijab.
I Love you Mom & Dad :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar